Senin, 28 November 2011

Gaji suami gak cukup (1)

Beberapa waktu yang lalu,ada komentar seorang kawan yang cukup membuat saya menarik nafas. Begini komentarnya : "kamu sih enak fa, apa2 tinggal minta sama suami, jajan, beli tas bagus, baju bagus, perhiasan..hari ini minta, besok daah dapat..(halah, emangnya kalau saya susah saya mau pengumuman???)

saya tersenyum... lalu berkata, Aamiin

sahabat tersebut ,melanjutkan..."gak kayak aku nih fa, hutang banyak,untuk beli susu sama pampers aja pusing setengah mati. Apalah suamiku, cuma pegawai biasa di kantornya. Gajinya sebulan cuma cukup untuk makan dan bayar kontrakan rumah. Syukur, sekarang orang tuaku mau menerima kami di rumah mereka, jadi kami gak perlu lagi bayar kontrakan. Harus terus nelan ludah kalau jalan2 lihat baju bagus, karena ingat gaji suamiku mana cukup beliin aku barang2 bagus kayak gitu. Lama-lama ada perasaan kesel fa, udah ngurus baby, cape, sekali-sekali aku mauuuu gitu ke salon, tapi duit dari mana. Kapan ya suamiku bisa punya duit banyak? Kalau hujan berkelir kali fa."

Kali ini respon saya adalah..." Sudah berdoa?"

Sahabat saya ini menjawab, ya iya lah fa...setiap habis sholat dah berdoa. Tapi suamiku masih begitu-begitu aja tuh.Ngarepin dia jadi orang kaya susah fa."

Saya diam....

Tapi kemudian saya bercerita...

"kamu tahu dina ( bukan nama sebenarnya), saya dan suami saya juga pernah merasakan kesulitan ekonomi.Bahkan susu dan pamper anak pertama kami seringkali papa yg beli.
Saat itu juga saya juga sedih.

Alhamdulillah, saya punya beberapa ustadz yang selalu tidak bosan-bosannya memberikan nasihat,masukan, sehingga saya bisa mensikapi masalah yang saya hadapi.

Saya ingat...waktu itu saya curhat ke salah satu ustadz tersebut tentang sulitnya ekonomi kami, bagaimana saya merasa kekurangan dengan pemberian suami saya,panjang lebar saya curhat, setelah selesai...ustadz saya itu malah bertanya...
"Ibu sudah mendoakan suami?"
"Maksudnya?" tanya saya saat itu
" Ya mendoakan. Di setiap sholat ibu, di setiap saat suami akan berangkat bekerja, sudahkah ibu mendoakan suami agar mendapatkan rejeki yang cukup, yang berkah dari Allah untuk di bawa kerumah, supaya ibu dan anak-anak tercukupi kebutuhannya?"

saya terdiam...iya ya, seingat saya, saya hanya berdoa minta rejeki, tidak secara spesifik minta supaya suami yang keluar rumah menjemput rejeki di lancarkan usahanya supaya bisa membawa pulang rejeki tersebut ke rumah.

Lalu, ustadz kembali bertanya,
"ibu sudah rutin mendoakan bapak supaya diluaskan rejeki halalnya yang berkah untuk keluarga di setiap sholat dhuha ibu?"

saya terdiam lagi....

"Dhuha ustadz? Hehehe...dhuhanya aja jarang."
" Ya udah, mulai di rutinkan ya..kalau bisa yang pol sampai 12 rakaat."
lalu ustadz bertanya lagi....
" Dah berapa kali khatam baca qur'an? Bareng suami gak bacanya?"
Lagi....saya terdiam
"Belum ustadz."
"Kalau sholat tepat waktu dan berjamaah bagaimana?" Lanjut ustadz.
" Belum juga."
" Kalau sholat qobliyah dan ba'diyahnya bagaimana?"
" Belum juga." Jawab saya
Kalau gitu...kira-kira ibu sudah maksimal belum nih 'minta'nya sama Allah??

Saya jadi terdiam saat itu, betul juga fikir saya...saya minta sama
Allahnya aja belum serius, seperti main-main/ seperti butuh tidak butuh. Bagaimana mau cepat terkabuklan ya doa-doa saya.

Sampai disitu cerita saya ke dina, dina juga saya lihat terdiam.

"Nah din, saya mau bertanya sekarag sama kamu, persis seperti waktu ustadz waktu itu bertanya pada saya. Kamu sudah sholat tepat waktu, berjamaah, pakai qobliyah-ba'diyah,belum?"

Dina menggeleng

"Sudah rutin sholat dhuha belum?"

Dina menggeleng lagi

"Sudah rutin baca qur'an bareng suami belum?'

Dina lagi-lagi menggeleng...persiiiis saya waktu itu waktu di hujani pertanyaan oleh ustadz.

"Kamu memangnya sekarang sudah fa?"
"Ya...masih terus mencoba untuk memperbaiki sih din.Tapi sejak ustadz menasehati aku seperti itu, aku coba pelan2 untuk gak terlalu lama menunda sholat. Kalau di rumah, sebisa mungkin aku sholat begitu adzan selesai. Aku fikir iya juga ya, kita mau cepet2 doa terkabulkan, lha kita dipanggil Allah aja sering menunda datang..jadi , ya Aku mulai pelan2 memperbaiki, aku juga mulai pelan2 mendirikan sholat2 sunat qobliyah dan ba'diyahnya."
"Terus...hasilnya?'
"Ya, Alhamdulillah...pelan2 suamiku dagangannya mulai lancar waktu itu ..kami tidak lagi menyusahkan papa untuk membeli keperluan anak-anak."
"iya sih fa...aku juga belum nih...dhuha juga belum, ngaji bareng juga belum."
" Di mulai deh din...aku dulu nyadar juga akhirnya, aneh aku ini. Yang punya dunia itu kan Allah ya, sibuuukkkk aku mikirin harus begini, begitu untuk cari2 tambahan, tapi aku lupa minta tolong dengan serius sama yang punya "SEGALA"nya. Aku terus mulai ngajak suami untuk sholat bareng, ngaji bareng.Alhamdulillah...hidup kami banyak berubah din."
"Begitu ya?"
"Iya, yang penting ajak suami juga untuk mulai berubah din..insya Allah, rahmat Allah akan turun. Daripada kita sibuk sebel sama suami, mendingan sibuk minta sama Allah din."
"iya juga sih...aku jadi sering ribut sama suami."
" Ya, coba deh...insya Allah, pelan-pelan semua akan berubah ke arah yang lebih baik."


jakarta, nov 29 2011
Terima kasiiiiih ustadz hendy, ustadz jaya, kyai kosasih atas nasehat2nya...juga ustadz yusuf mansur dan para santri PPPA